Pacarku Suka VCS (Nude Cam Girlfriend)

Pacarku Suka VCS (Nude Cam Girlfriend)

Nam-Wook dulunya hanyalah siswa biasa—sedikit kelebihan berat badan, pendiam, tidak menonjol. Tapi setelah dua tahun wajib militer yang keras, ia kembali ke sekolah sebagai pribadi yang sangat berbeda. Tubuhnya berubah drastis: lebih ramping, tegap, bahkan tampak dingin dan karismatik.

Teman-temannya nyaris tidak mengenalinya. Para guru terkejut. Siswa perempuan mulai membicarakannya—dari lorong sekolah sampai grup rahasia di medsos. Banyak yang menyapanya dengan cara yang dulu tak pernah dia alami: tersenyum, menyentuh lengan, menawarkan bantuan yang tidak perlu.

Tapi Nam-Wook justru merasa asing.

Ia tak tahu cara menghadapi perhatian itu. Di dalam pikirannya, dia masih orang yang dulu—tak diperhitungkan, tak dilihat.

Suatu malam, saat duduk sendirian di sudut kantin sepi, ia menerima pesan di smartphone-nya. Nomor tidak dikenal. Tidak ada nama.

“Kau tidak berubah sebanyak itu, Nam-Wook.”

Ia menatap layar, jantungnya berdegup. Ia tidak memberi tahu siapa pun bahwa ia merasa seperti penipu di balik citra barunya. Tapi pesan itu terasa terlalu personal. Terlalu tepat.

“Masih suka duduk sendiri setelah makan, ya?”

Matanya menyisir ruangan. Tidak ada yang melihat ke arahnya. Ia membalas,
“Siapa kamu?”

Jawabannya cepat.
“Seseorang yang tahu siapa kamu sebenarnya.”

Malam-malam berikutnya, pesan-pesan itu terus datang. Terkadang hanya satu kalimat, terkadang foto—siluet di lorong sekolah, punggung Nam-Wook di gym, sepasang mata dari sudut cermin.

Namun anehnya, tidak ada ancaman. Tidak ada permintaan. Hanya pengamatan… dan sesekali bisikan yang seolah tahu isi pikirannya sendiri:

“Kau ingin tahu siapa aku? Atau kau lebih suka aku tetap jadi bayangan?”

Nam-Wook mulai merasa terganggu… tapi juga penasaran. Siapakah wanita ini? Apakah dia teman lama yang tahu siapa dirinya dulu? Atau orang asing yang mengamatinya dari dekat, menolak tertipu oleh citra baru?

Dan di satu malam hujan, ia menerima pesan baru:

“Temui aku di ruang serbaguna yang lama. Sendirian. Kita akan bicara tentang siapa dirimu sebenarnya…”